Pusva's Blog

Just another WordPress.com weblog

Hakikat Sabar

Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan  tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id, hal. 95)

Pengertian Sabar

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah….” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

Macam-Macam Sabar

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:

  1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
  2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah
  3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan manusia ataupun yang berasal dari orang lain (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

Sebab Meraih Kemuliaan

Di dalam Taisir Lathifil Mannaan Syaikh As Sa’di rahimahullah menyebutkan sebab-sebab untuk menggapai berbagai cita-cita yang tinggi. Beliau menyebutkan bahwa sebab terbesar untuk bisa meraih itu semua adalah iman dan amal shalih.

Di samping itu, ada sebab-sebab lain yang merupakan bagian dari kedua perkara ini. Di antaranya adalah kesabaran. Sabar adalah sebab untuk bisa mendapatkan berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta’ala, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah [2]: 45).

Yaitu mintalah pertolongan kepada Allah dengan bekal sabar dan shalat dalam menangani semua urusan kalian. Begitu pula sabar menjadi sebab hamba bisa meraih kenikmatan abadi yaitu surga. Allah ta’ala berfirman kepada penduduk surga, “Keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian.” (QS. Ar Ra’d [13] : 24).

Allah juga berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang dibalas dengan kedudukan-kedudukan tinggi (di surga) dengan sebab kesabaran mereka.” (QS. Al Furqaan [25] : 75).

Selain itu Allah pun menjadikan sabar dan yakin sebagai sebab untuk mencapai kedudukan tertinggi yaitu kepemimpinan dalam hal agama. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala, “Dan Kami menjadikan di antara mereka (Bani Isra’il) para pemimpin yang memberikan petunjuk dengan titah Kami, karena mereka mau bersabar dan meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajdah [32]: 24) (Lihat Taisir Lathifil Mannaan, hal. 375)

Sabar Dalam Ketaatan

Sabar Dalam Menuntut Ilmu

Syaikh Nu’man mengatakan, “Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga dia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian, mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya.

Semoga Allah merahmati Yahya bin Abi Katsir yang pernah mengatakan, “Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim. Terkadang seseorang harus menerima gangguan dari orang-orang yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang hubungannya jauh darinya, hanya karena kegiatannya menuntut ilmu. Tidak ada yang bisa bertahan kecuali orang-orang yang mendapatkan anugerah ketegaran dari Allah.” (Taisirul wushul, hal. 12-13)

Sabar Dalam Mengamalkan Ilmu

Syaikh Nu’man mengatakan, “Dan orang yang ingin beramal dengan ilmunya juga harus bersabar dalam menghadapi gangguan yang ada di hadapannya. Apabila dia melaksanakan ibadah kepada Allah menuruti syari’at yang diajarkan Rasulullah niscaya akan ada ahlul bida’ wal ahwaa’ yang menghalangi di hadapannya, demikian pula orang-orang bodoh yang tidak kenal agama kecuali ajaran warisan nenek moyang mereka.

Sehingga gangguan berupa ucapan harus diterimanya, dan terkadang berbentuk gangguan fisik, bahkan terkadang dengan kedua-keduanya. Dan kita sekarang ini berada di zaman di mana orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti orang yang sedang menggenggam bara api, maka cukuplah Allah sebagai penolong bagi kita, Dialah sebaik-baik penolong” (Taisirul wushul, hal. 13)

Sabar Dalam Berdakwah

Syaikh Nu’man mengatakan, “Begitu pula orang yang berdakwah mengajak kepada agama Allah harus bersabar menghadapi gangguan yang timbul karena sebab dakwahnya, karena di saat itu dia tengah menempati posisi sebagaimana para Rasul. Waraqah bin Naufal mengatakan kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah ada seorang pun yang datang dengan membawa ajaran sebagaimana yang kamu bawa melainkan pasti akan disakiti orang.”

Sehingga jika dia mengajak kepada tauhid didapatinya para da’i pengajak kesyirikan tegak di hadapannya, begitu pula para pengikut dan orang-orang yang mengenyangkan perut mereka dengan cara itu. Sedangkan apabila dia mengajak kepada ajaran As Sunnah maka akan ditemuinya para pembela bid’ah dan hawa nafsu. Begitu pula jika dia memerangi kemaksiatan dan berbagai kemungkaran niscaya akan ditemuinya para pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta orang-orang yang turut bergabung dengan kelompok mereka.

Mereka semua akan berusaha menghalang-halangi dakwahnya karena dia telah menghalangi mereka dari kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan yang selama ini mereka tekuni.” (Taisirul wushul, hal. 13-14)

Sabar dan Kemenangan

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Allah ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya, “Dan sungguh telah didustakan para Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan Kami.” (QS. Al An’aam [6]: 34).

Semakin besar gangguan yang diterima niscaya semakin dekat pula datangnya kemenangan. Dan bukanlah pertolongan/kemenangan itu terbatas hanya pada saat seseorang (da’i) masih hidup saja sehingga dia bisa menyaksikan buah dakwahnya terwujud. Akan tetapi yang dimaksud pertolongan itu terkadang muncul di saat sesudah kematiannya. Yaitu ketika Allah menundukkan hati-hati umat manusia sehingga menerima dakwahnya serta berpegang teguh dengannya. Sesungguhnya hal itu termasuk pertolongan yang didapatkan oleh da’i ini meskipun dia sudah mati.

Maka wajib bagi para da’i untuk bersabar dalam melancarkan dakwahnya dan tetap konsisten dalam menjalankannya. Hendaknya dia bersabar dalam menjalani agama Allah yang sedang didakwahkannya dan juga hendaknya dia bersabar dalam menghadapi rintangan dan gangguan yang menghalangi dakwahnya. Lihatlah para Rasul shalawatullaahi wa salaamuhu ‘alaihim. Mereka juga disakiti dengan ucapan dan perbuatan sekaligus.

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Demikianlah, tidaklah ada seorang Rasul pun yang datang sebelum mereka melainkan mereka (kaumnya) mengatakan, ‘Dia adalah tukang sihir atau orang gila’.” (QS. Adz Dzariyaat [51]: 52). Begitu juga Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dan demikianlah Kami menjadikan bagi setiap Nabi ada musuh yang berasal dari kalangan orang-orang pendosa.” (QS. Al Furqaan [25]: 31). Namun, hendaknya para da’i tabah dan bersabar dalam menghadapi itu semua…” (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 24)

Sabar di atas Islam

Ingatlah bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu yang tetap berpegang teguh dengan Islam meskipun harus merasakan siksaan ditindih batu besar oleh majikannya di atas padang pasir yang panas (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122). Ingatlah bagaimana siksaan tidak berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar bin Yasir dan keluarganya. Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan Allah. (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122-123)

Lihatlah keteguhan Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk meninggalkan Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak mau mengajaknya bicara sampai mati. Namun dengan tegas Sa’ad bin Abi Waqqash mengatakan, “Wahai Ibu, demi Allah, andaikata ibu memiliki seratus nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun ananda tidak akan meninggalkan agama ini…” (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 133) Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan kokoh menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan.

Saudaraku, ketahuilah sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik yang berupa kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara yang tercinta, kehilangan tempat tinggal atau kekurangan bahan makanan, itu semua jauh lebih ringan daripada cobaan yang dialami oleh salafush shalih dan para ulama pembela dakwah tauhid di masa silam.

Mereka disakiti, diperangi, didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada juga yang dikucilkan. Ada yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang sampai meninggal di dalam penjara, namun sama sekali itu semua tidaklah menggoyahkan pilar keimanan mereka.

Ingatlah firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan sebagai seorang muslim.” (QS. Ali ‘Imran [3] : 102).

Ingatlah juga janji Allah yang artinya, “Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya akan Allah berikan jalan keluar dan Allah akan berikan rezeki kepadanya dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (QS. Ath Thalaq [65] : 2-3).

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya datangnya kemenangan itu bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan ada kemudahan.” (HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya [636] (Lihat Durrah Salafiyah, hal. 148) dan Al Haakim dalam Mustadrak ‘ala Shahihain, III/624). (Syarh Arba’in Ibnu ‘Utsaimin, hal. 200)

Sabar Menjauhi Maksiat

Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, “Bersabar menahan diri dari kemaksiatan kepada Allah, sehingga dia berusaha menjauhi kemaksiatan, karena bahaya dunia, alam kubur dan akhirat siap menimpanya apabila dia melakukannya. Dan tidaklah umat-umat terdahulu binasa kecuali karena disebabkan kemaksiatan mereka, sebagaimana hal itu dikabarkan oleh Allah ‘azza wa jalla di dalam muhkam al-Qur’an.

Di antara mereka ada yang ditenggelamkan oleh Allah ke dalam lautan, ada pula yang binasa karena disambar petir, ada pula yang dimusnahkan dengan suara yang mengguntur, dan ada juga di antara mereka yang dibenamkan oleh Allah ke dalam perut bumi, dan ada juga di antara mereka yang di rubah bentuk fisiknya (dikutuk).”

Pentahqiq kitab tersebut memberikan catatan, “Syaikh memberikan isyarat terhadap sebuah ayat, “Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya, Maka di antara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 40).

“Bukankah itu semua terjadi hanya karena satu sebab saja yaitu maksiat kepada Allah tabaaraka wa ta’ala. Karena hak Allah adalah untuk ditaati tidak boleh didurhakai, maka kemaksiatan kepada Allah merupakan kejahatan yang sangat mungkar yang akan menimbulkan kemurkaan, kemarahan serta mengakibatkan turunnya siksa-Nya yang sangat pedih. Jadi, salah satu macam kesabaran adalah bersabar untuk menahan diri dari perbuatan maksiat kepada Allah. Janganlah mendekatinya.

Dan apabila seseorang sudah terlanjur terjatuh di dalamnya hendaklah dia segera bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, meminta ampunan dan menyesalinya di hadapan Allah. Dan hendaknya dia mengikuti kejelekan-kejelekannya dengan berbuat kebaikan-kebaikan. Sebagaimana difirmankan Allah ‘azza wa jalla, “Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan kejelekan-kejelekan.” (QS. Huud [11] : 114). Dan juga sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskannya.” (HR. Ahmad, dll, dihasankan Al Albani dalam Misykatul Mashaabih 5043)…” (Thariqul wushul, hal. 15-17)

Sabar Menerima Takdir

Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, “Macam ketiga dari macam-macam kesabaran adalah Bersabar dalam menghadapi takdir dan keputusan Allah serta hukum-Nya yang terjadi pada hamba-hamba-Nya. Karena tidak ada satu gerakan pun di alam raya ini, begitu pula tidak ada suatu kejadian atau urusan melainkan Allah lah yang mentakdirkannya. Maka bersabar itu harus. Bersabar menghadapi berbagai musibah yang menimpa diri, baik yang terkait dengan nyawa, anak, harta dan lain sebagainya yang merupakan takdir yang berjalan menurut ketentuan Allah di alam semesta…” (Thariqul wushul, hal. 15-17)

Sabar dan Tauhid

Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu ta’ala membuat sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal iman billah, ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab Bersabar dalam menghadapi takdir Allah termasuk cabang keimanan kepada Allah)

Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullahu ta’ala mengatakan dalam penjelasannya tentang bab yang sangat berfaedah ini, “Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa kesabaran.

Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syari’at (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syari’at (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya.

Hakikat penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syari’at serta menjauhi larangan syari’at dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah jalla wa ‘ala untuk menempa hamba-hamba-Nya. Dengan demikian ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana keputusan takdir.

Adapun ujian dengan dibebani ajaran-ajaran agama adalah sebagaimana tercermin dalam firman Allah jalla wa ‘ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda “Allah ta’ala berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji (manusia) dengan dirimu’.”

Maka hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan.

Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.”

Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah maka Syaikh pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam rangka menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir Allah.

Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau membuat bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib.

Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si polan dibunuh dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar’i.

Ia disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut istilah syari’at sabar artinya: Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain semacamnya.

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam al-Qur’an kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan”

Perkataan beliau “Bab Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: salah satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang.

Maka dengan perkataan “Minal imaan ash shabru” beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayit) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayit adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan” (At Tamhiid, hal.389-391)

***

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel http://www.muslim.or.id

Leave a comment »

Cara Memilih Wortel

Saat ini di pasaran terdapat dua jenis wortel, yaitu wortel lokal dan wortel impor. Baik wortel lokal dan impor sama baiknya. Hanya saja wortel impor lebih besar, tebal dan warnanya oranye menyolok. Wortel lokal juga memiliki kandungan air yang lebih banyak.

Jika membeli, pilihlah wortel yang lurus, mulus dan muda. Perhatikan bagian pangkal batangnya. Jika lebar dan agak kehijauan maka itu tandanya wortel sudah menua. Biasanya bagian tengahnya keras dan warnanya memucat. Pilihlah yang lingkaran batangnya kecil sebagai tanda wortel cukup muda, rasanya juga akan lebih manis. Bila dibersihkan bagian wortel yang masih muda ini yang terbuang akan lebih sedikit.

Simpanlah wortel di tempat sejuk dan dingin agak tidak cepat busuk atau rusak. Bila disimpan di dalam rak sayuran dalam kulkas, sebaiknya wortel dibungkus plastik agar tidak lekas mengering.

Cara Memilih dan Menyimpan Wortel

Leave a comment »

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Mahasiswa Akper Pemkab Ngawi Tentang Cara Mengatasi Dysmenorrhoe

Pusva Juwita, August 2010

Dysmenorrhoe is the pain felt by women before or during menstruation, thus interfere in the activity. The purpose of this study is to determine the level of knowledge of young women students Akper Pemkab Ngawi about how to resolve dysmenorrhoe

The study design is descriptive. The population of this study were total population, all female adolescent students Akper Pemkab Ngawi a level of 49 respondents. The sampling technique used is the sampling of saturated or total sampling. This research was conducted in June-July 2010 with data gathering questionnaire instrument. Data analysis was done by scoring percentage.

The results showed that the level of knowledge about how to cope with teenage daughter is dysmenorrhoe; good (42.9%), adequate (44.9%) and less (12.2%).

Conclusion of the results showed that the level of knowledge about how to resolve dysmenorrhoe teenager is enough (44.9%). Seeing this research, there should be more active in adolescents seeking information about ways to overcome dysmenorrhoe.

Keywords: Knowledge, teen, how to cope, dysmenorrhoe

ABSTRAK

Pusva Juwita, Agustu 2010

Dysmenorrhoe adalah nyeri yang dirasakan wanita sebelum atau selama menstruasi, sehingga mengganggu dalam aktifitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri mahasiswa Akper Pemkab Ngawi tentang cara mengatasi dysmenorrhoe

Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. Populasi penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh remaja putri mahasiswa Akper Pemkab Ngawi tingkat 1 sebanyak 49 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh atau total sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2010 dengan instrument pengumpulan data berupa kuesioner. Analisa data dilakukan dengan prosentase skoring.

Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan remaja putri tentang cara mengatasi dysmenorrhoe adalah ;baik (42,9%), cukup (44,9%) dan kurang (12,2%).

Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang cara mengatasi dysmenorrhoe adalah cukup (44,9%). Melihat penelitian ini maka hendaknya remaja lebih aktif dalam mencari informasi tentang cara-cara mengatasi dysmenorrhoe.

Kata Kunci : Pengetahuan, remaja, cara mengatasi, dysmenorrhoe

Leave a comment »

hidup sehat dengan bersepeda

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa kebanyakan penyakit disebabkan oleh ketidakseimbangan metabolisme. Ketidakseimbangan metabolisme biasanya disebabkan karena perubahan kebiasaan beraktivitas.

Sebagian besar dari kita pasti mengalami saat-saat di masa muda yang penuh beragam keaktifan. Ikut tim basket, volley, atau sepakbola di SMA atau masa kuliah. Aktif jadi anggota klub/ektrakurikuler olahraga. Aktif jadi pengurus senat, ke sana kemari. Jalan-jalan ke berbagai tempat, plesiran, naik gunung, ikut penelitian dan macam-macam lainnya.

Tapi ketika lulus kuliah dan masuk dunia kerja, sebagian besar dari kita langsung mendapatkan perubahan. Kegiatan-kegiatan seperti itu jadi seperti kemewahan dan kita tenggelam dalam gaya hidup beraktifitas yang lain.

Coba amati, kebanyakan dari kita yang sudah mulai menjadi pekerja selama beberapa tahun hanya memiliki rutinitas berangkat pagi – pulang petang. Di perjalanan, kalau mengendarai kendaraan bermotor seperti mobil, aktifitas kita hanya buka pintu, kemudian duduk depan kemudi lantas konsentrasi. Paling-paling aktifitas kita cuma injak kopling, oper transmisi dan putar kemudi.

Kalau mobil perseneling otomatis lebih enak lagi. Tak perlu injak kopling. Begitu pula pengendara motor. Aktifitasnya mungkin agak lebih banyak sedikit, kalau iseng, meliuk-liuk di antara kemacetan. Saya rasa aktifitas macam itu kurang cukup signifikan.

Kalau sampai kantor, ya sudah, duduk depan komputer, baca-baca dokumen, tulis sana, tulis sini. Kalau keluar kantor, misalnya urusan kerja, paling tinggal masuk mobil kantor, terus kembali lagi di balik kemudi saja. Tak ada keaktifan yang signifikan.

Memang, ada beberapa pekerja yang menyempatkan diri untuk berolahraga di pusat kebugaran. Tapi tak banyak dibandingkan mereka yang habis waktunya di pekerjaan dan di perjalanan, sehingga untuk berolahraga di pusat kebugaran adalah suatu kemewahan besar bagi banyak orang. Terlebih, kebanyakan pusat kebugaran diisi oleh mereka, pekerja muda, yang tidak terlalu sibuk.

Bagaimana dengan mereka para pekerja yang harus kejar setoran berjibun, yang habis waktunya karena lembur, hanya bisa menikmati perjalanan dari kantor ke rumah atau sebaliknya.  Alhasil, tak jarang saya temui teman-teman lama yang berubah bentuk fisiknya ketika beberapa tahun bekerja. Ada yang membulat, melebar, dan menjabar, menjadikan faktor resiko bagi segala macam penyakit. Mereka telah kehilangan ritme aktifitas yang tadinya cukup menyehatkan. 
Bersepeda sebagai Gaya Hidup

Jelas, beraktifitas yang menyehatkan atau berolahraga adalah sebuah kewajiban dan harus menjadi gaya hidup. Sebagai pekerja, sangat bisa dibilang, bersepeda ke dan dari tempat kerja (bike to work) adalah opsi yang paling bijaksana sebagai upaya membangun gaya hidup beraktifitas secara menyehatkan.

Dalam hal ini, dengan bike to work, tidak ada alasan masalah waktu luang, karena bike to work berarti mentransfer waktu yang digunakan selama perjalanan menggunakan kendaraan bermotor (yang kurang ada unsur aktifitas fisiknya) menjadi waktu beraktifitas olahraga dengan sepeda, yang tentunya dengan aktifitas fisik yang lebih dari cukup untuk menjaga kesehatan.

Tentunya ini lebih efektif dan efisien dibandingkan ke pusat kebugaran, toh yang dicari juga mesin treadmill dan sepeda statis.  Saya sendiri beberapa kali membaca kesaksian para pekerja bersepeda yang mengalami pemulihan kesehatan. Yang tadinya sering kumat asma, mendadak hilang kambuhnya. Belum lagi mereka yang girang karena mencatatkan kadar kolesterol dan gula yang berkurang karena rutin bersepeda.
Yang juga penting adalah bagaimana mencoba membangun pikiran sehat ke dalam diri sendiri, membangun sugesti dan positive thinking untuk menjadi stimulus bagi bagian otak kita (hipothalamus) yang bisa mengendalikan sistem kerja metabolisme, sistem imun dan sistem kesehatan tubuh. Juga, sepertinya, dengan gaya hidup berolahraga seperti bike to work ini, secara tidak langsung mempengaruhi bangunan pikiran kita terhadap tubuh kita sendiri untuk menjadi sehat.
Untuk itu, gaya hidup sehat seperti bike to work ini mestinya wajib dimasyarakatkan. Buat pemerintah, DEPKES mungkin, hal semua tersebut di atas mestinya menjadi momentum untuk terus menggalakkan gaya hidup sehat — seperti bike to work ini — ke masayarakat luas, selain program kampanye kebiasaan makan sehat dan program deteksi dini penyakit di fasilitas kesehatan di tingkat masyarakat. Karena, walau bagaimanapun, membangun gaya hidup sehat, sebagai upaya preventif, akan lebih cost-effective.

Jadi, wahai pekerja, jangan takut kehilangan ritme keaktifan fisik seperti di masa-masa jaya dulu ketika masih kuliah atau belum bekerja. Juga jangan takut untuk memulai merubah gaya hidup yang menyehatkan dengan mulai bersepeda ke dan dari tempat kerja. Karena yang dibutuhkan hanya kemauan untuk memancalkan pedal sepeda saja.

Setelah itu biarkan putaran pedal berikutnya membawa Anda menikmati setiap gerak otot, jantung, pembuluh darah, paru-paru, dan kelenjar keringat yang akan begitu riang menggeretak dan menggelegak namun memberikan penyegaran baru bagi tubuh.
Jangan biarkan the silent killer tiba-tiba merampok kesehatan kita.Karena yang lebih seru dan perlu adalah menularkan gaya hidup bersepeda bagi para pekerja di seantero negeri. Mari, rayakan Tahun Sepeda 2009, karena bersepeda adalah sebuah gaya hidup, terutama bagi pekerja.

sumber : http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Sepeda+dan+Gaya+Hidup+Sehat&dn=20081204232814

2 Comments »

BAB  I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Dysmenorrhoe merupakan salah satu keluhan ginekologi yang paling umum pada wanita muda dalam masa menstruasi yang datang ke dokter (Anurogo, 2008) sedangkan menurut dokter Rahayu (2009) dysmenorrhoe merupakan keluhan yang paling sering menyebabkan para wanita muda pergi ke dokter untuk melakukan konsultasi dikarenakan nyeri yang dirasakannya. Wanita yang mengalami dysmenorrhoe mengalami gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari oleh karena nyeri yang dirasakan.

Nyeri haid primer kebanyakan dialami sekitar 60-75% wanita muda dengan maksimal usia 15-25 tahun, sedangkan nyeri haid sekunder jarang dialami sebelum usia 25 tahun (Sarwono, 2007 : 229). Angka kejadian dysmenorrhoe tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder (Anita, 2007). Di Surabaya didapatkan 1,07% hingga 1,31% dari jumlah penderita yang datang ke bagian kebidanan karena nyeri haid (Riyanto, 2009). Di Kabupaten Ngawi belum ada data yang mencatat mengenai wanita yang mengalami dysmenorrhoe. Data yang diperoleh dari 10 remaja putri di AKPER yang menstruasi 7 diantaranya mengalami nyeri haid (dysmenorrhoe) sedangkan 3 diantaranya tidak mengalami dysmenorrhoe.

Nyeri pada dysmenorrhoe primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati cervix uteri (leher rahim). Faktor yang memperburuk dysmenorrhoe antara lain ; rahim yang retroflexi, kurang berolah raga, stres psikis (Mansjoer, 2000 : 372-373).

Akibat dari kejadian dysmenorrhoe berdasarkan penelitian di Swedia, tercatat 80% remaja usia 19-21 tahun mengalami nyeri haid, 15% membatasi aktivitas harian ketika haid, dan membutuhkan obat-obat penangkal nyeri, 8-10% tidak mengikuti atau masuk sekolah/kuliah dan hampir 40% memerlukan pengobatan medis (Biben, 2009) sedangkan menurut Sarwono (2007) yang menyatakan bahwa banyak cara untuk mengatasi dysmenorrhoe diantaranya memberikan penjelasan kepada penderita, yaitu dysmenorrhoe merupakan gangguan yang tidak berbahaya bagi kesehatan, motivasi tentang makanan sehat, istirahat cukup, olahraga dan bisa juga diberikan psikoterapi.

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu : “Bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja putri mahasiswa AKPER Pemkab Ngawi Tingkat I tentang cara mengatasi dysmenorrhoe?”

1.3 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri mahasiswa AKPER Pemkab Ngawi Tingkat I tentang cara mengatasi dysmenorrhoe.

1.4    Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Meningkatkan pengetahuan renaja putri dalam mengatasi nyeri haid

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai masukan profesi keperawatan dalam meningkatkan pengetahuan guna  mengembangkan asuhan keperawatan di masa yang akan datang.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Meningkatkan mutu pendidikan Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi dan dapat digunakan sebagai bahan untuk penelitian di masa yang akan datang.

1.4.4 Bagi Peneliti

Peneliti mampu mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri dalam mengatasi nyeri saat dysmenorrhoe. Dengan penelitian ini peneliti dapat menambah pengetahuan tentang dysmenorrhoe yang telah dialami oleh remaja putri.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan membahas tentang konsep yang menunjang dalam penelitian ini yaitu konsep pengetahuan, remaja, menstruasi dan dysmenorrhoe.

2.1   Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoadmodjo, 2007 : 139 -142)

2.1.1 Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan, diantaranya adalah :

1.   Know (C1)

Tahu memiliki arti sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelum pada tingkat recall (mengingat kembali) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya

  1. Comprehension (C2)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek.

yang diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar

  1. Aplication (C3)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

  1. Analysis (C4)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponennya, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan ada kaitannya satu sama lain.

  1. Synthesis (C5)

Sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  1. Evaluation (C6)

Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan melakukan justifikasi suatu materi atau obyek.

2.1.2    Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

1.  Pendidikan

Seseorang akan semakin mudah menerima informasi apabila memiliki pendidikan, semakin tinggi pendidikan yang dimiliki akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, apabila pendidikannya kurang maka penghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat dalam Wahit, 2006).

2.  Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang-ulang dan banyak tantangan.

3.   Umur

Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun

2.2    Remaja

Remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa yang ditandai adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan sosial. Istilah remaja dalam bahasa latin disebut adolescentia yang berarti berkembang menjadi dewasa. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat–minat seksual, perenungan diri dan perhatian terhadap nilai–nilai estetika dan isu–isu moral (Yusuf, 2006).

2.2.1    Pembagian Masa Remaja.

Menurut Yusuf (2006), Karena pertumbuhan yang cepat dari fisik, emosional, kognitif dan sosial yang terjadi selama masa remaja, adalah bermanfat untuk memisahkan periodenya dalam 3 masa perkembangan yaitu :

1.  Remaja Awal 12 – 15 Tahun  ( pra puber )

Dalam masa ini remaja suka mengamati dan ingin mengetahui tentang apa yang di lakukan oleh remaja yang lebih besar atau orang dewasa dengan jenis klamin yang sama dan berusaha untuk meniru mereka.

2    Remaja Madya 15 -18 Tahun ( pubertas )

Remaja pada tahap ini mulai membandingkan antar diri mereka dengan teman–teman sebayanya yang sejenis. Dalam tahap ini remaja sangat memperhatikan perkembangan dirinya, karena pada tahap ini bisa dikatakan masa pencarian jati diri.

3    Remaja Akhir 19 – 22 Tahun ( adolescentia )

Keinginan untuk meninggalkan rumah dan keluraganya meningkat selama remaja akhir. Pada masa ini remaja mengharapkan pendidikan yang lebih tinggi atau pekerjaan dengan tempat tinggal terpisah dengan sedikit keengganan untuk meninggalkan perlindungan rumah dan orang tua dan untuk berpisah dari teman-teman sebaya, lebih banyak pikiran dicurahkan pada pendidikan atau pekerjaan dimasa perkembangan remaja yang akan datang.

2.2.2  Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja.

Menurut Moersintowati (2002) pada masa remaja seorang individu akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, yang akan di jelaskan sebagai berikut :

1.  Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat di ukur dengan menggunakan satuan panjang atau satuan berat. Ciri–ciri pertumbuhan diantaranya :

a.   Kecepatan pertumbuhan yang tidak teratur.

Kecepatan pertumbuhan mulai konsepsi sampai akhir masa remaja   tidaklah tetap, ada masa dimana pertumbuhan sangat pesat, yaitu masa prenatal, bayi dan masa remaja. Sedangkan setelah itu pertumbuhan akan semakin lambat.

b. Masing–masing organ memiliki pola pertumbuhan yang berbeda.

Pada umumnya pertumbuhan bagian–bagian tubuh mengikuti pertumbuhan tinggi badan utamanya tulang dan otot. Sedangkan organ tubuh tertentu tidak mengikuti pola pertumbuhan umum, tetapi mempunyai pola tersendiri. Organ–organ itu adalah otak dan tulang tengkorak, organ reproduksi dan jaringam limfoid.

2    Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktu dan fungsi tubuh yang lebih kompleks perkembangan ini bersifat kualitatif yang pengukuranya jauh lebih sulit dari pada pertumbuhan. Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang mempengaruhinya. Adapun ciri–ciri perkembangan antara lain :

a.   Perkembangan melibatkan perubahan.

Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan system reproduksi misalnya pasti akan disertai dengan perubahan organ kelamin. Perkembangan intelegensi menyertai pertumbuhan otak dan serabut syaraf.

b.   Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Pada tahap ini dilalaui seseorang mengikuti pola yang teratur dan berurutan dan tahap-tahap ini tidak bisa terjadi terbalik.

c.   Perkembangan memiliki kecepatan yang berbeda.

Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda kaki dan tangan memiliki peerrkembangan yang yang pesat pada awal remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain akan berkembang dengan pesat pada masa yang lain.

2.3    Menstruasi

Menstruasi ialah perdarahan secara periodik dan siklik uterus, disertai pelepasan endometryum (Sarwono, 2007).

2.3.1   Siklus Haid

Sarwono (2007) dalam Ilmu Kandungan menerangkan bahwa siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya.i mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus.

Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit dihari berikutnya dan ada yang 7-8 hari.

2.3.2   Gangguan Menstruasi

Beberapa gangguan menstruasi yang dialami wanita diantaranya adalah dysmenorrhoe, premenstrual tension, mastalgia, dan mittleschmerz.

Pada penelitian ini peneliti hanya membahas tentang dysmenorrhoe yang akan dibahas pada bab selanjutnya

2.4    Dysmenorrhoe

Dysmenorrhoe adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak bekerja dan harus tidur. Nyeri ini bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah (Arief  Mansjoer, 2000 : 372).

2.4.1    Pembagian Dysmenorrhoe

Menurut Sarwono (2007) dysmenorrhoe dibagi atas :

1. Dysmenorrhoe Primer

Dysmenorrhoe primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dysmenorrhoe primer terjadi beberapa waktu setelah menarche (haid pertama kali) biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari.

2.  Dysmenorrhoe Sekunder

Dysmenorrhoe sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan oleh suatu kalainan ginekologik atau adanya penyakit. Misalnya, endometryosis, infeksi daerah panggul, tumor rahim, apendycsitis, kelainan organ pencernaan, bahkan kelainan ginjal. Dysmenorrhoe sekunder jarang dialami sebelum usia 25 tahun. Biasanya nyeri atau kram mulai 2 hari sebelum menstruasi yang berlangsung selama 2 hari atau lebih. Keluhan dysmenorrhoe akan meningkat pada wanita yang mengalami kegemukan, kurang nutrisi, peminum kopi, peminum alcohol, perokok, tidak aktif secara seksual, tidak pernah melahirkan, bisa juga dialami oleh wanita yang dalam keluarganya ada riwayat dysmenorrhoe.

2.4.2    Faktor-Faktor Penyebab

Menurut Sarwono (2007) faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya  dysmenorrhoe adalah :

1.  Faktor kejiwaan

Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, hal ini akan mudah timbul dysmenorrhoe.

2.  Faktor konstitusi

Faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor kejiwaan, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun dapat mempengaruhi timbulnya dysmenorrhoe.

3.  Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismonore dengan urtikaria, migraine atau asma bronchiale. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Penyelidikan dalam tahun-tahun trerakhir menunjukkan bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dysmnorrhoe primer.

2.4.3    Tanda dan Gejala

Menurut Mansjoer  (2000 : 373)  tanda  dan  gejala dysmenorrhoe adalah :

1. Dysmenorrhe primer

  1. Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
  2. Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
  3. Sering terjadi pada nulipara
  4. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
  5. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid
  6. Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic.
  7. Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik.
  8. Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.
  9. Pemeriksaan pelvic normal.
  10. Sering disertai nausea, muntah, kelelahan, nyeri kepala.

2.  Dysmenorrhoe sekunder

  1. Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun.
  2. Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur.
  3. Tidak berhubngan dengan siklus paritas.
  4. Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul.
  5. Nyeri terjadi saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah.
  6. Berhubungan dengan kelainan pelvic.
  7. Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi.
  8. Seringkali memerlukan tindakan operatif.
  9. Terdapat kelainan pelvic.

2.4.4    Penatalaksanaan

Menurut Sarwono (2007), penatalaksanaan yang dapat dilaksanakan untuk pasien dysmenorrhoe adalah :

1.  Penerangan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dysmenorrhoe adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.

2.  Pemberian obat analgetik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi rasa nyeri. Obat analgetik yang sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen.

3.  Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan benar-benar dysmenorrhoe primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontasepsi.

4.  Terapi alternative

Sebagai tambahan pemakaian obat penawar sakit tanpa resep, ada banyak yang dapat anda lakukan sendiri untuk membantu mengurangi kram menstruasi, dan dengan sedikit percobaan, anda pasti dapat menemukan cara untuk membawa kelegaan. Suhu panas merupakan ramuan tua yaitu dapat dilakukan dengan kompres handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah. Mandi air hangat juga bisa membantu.

Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya mengurangi stress juga dapat membantu dengan mengurangi tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa kekenduran dan rasa nyaman.

Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan dysmenorrhoe. Salah satunya adalah peregangan kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak kemudian secara perlahan menaikkan punggung anda keatas setinggi-tingginya.

2.5  Kerangka Konsep

Pengetahuan remaja putri tentang mengatasi dysmenorrhoe

Gambar 2.1:Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Mahasiswa

AKPER Pemkab Ngawi Tingkat 1 Tentang cara Mengatasi Dysmenorrhoe.

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti


v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:3.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} @page Section2 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-columns:2 even 36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section2 {page:Section2;} @page Section3 {size:612.0pt 792.0pt; margin:3.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section3 {page:Section3;} @page Section4 {size:612.0pt 792.0pt; margin:3.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-columns:2 even 36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section4 {page:Section4;} @page Section5 {size:612.0pt 792.0pt; margin:3.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section5 {page:Section5;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:604536170; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1344436146 1234200784 1376047826 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:72.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:72.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level2 {mso-level-tab-stop:111.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:111.0pt; text-indent:-21.0pt; mso-ascii-font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-hansi-font-family:”Times New Roman”; mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;} @list l0:level3 {mso-level-number-format:roman-lower; mso-level-tab-stop:144.0pt; mso-level-number-position:right; margin-left:144.0pt; text-indent:-9.0pt;} @list l1 {mso-list-id:625548563; mso-list-template-ids:542418302;} @list l1:level1 {mso-level-start-at:3; mso-level-text:%1; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:24.0pt; text-indent:-24.0pt;} @list l1:level2 {mso-level-start-at:3; mso-level-text:”%1\.%2″; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:42.0pt; text-indent:-24.0pt;} @list l1:level3 {mso-level-start-at:3; mso-level-text:”%1\.%2\.%3″; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:72.0pt; text-indent:-36.0pt;} @list l1:level4 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4″; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:90.0pt; text-indent:-36.0pt;} @list l1:level5 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5″; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:126.0pt; text-indent:-54.0pt;} @list l1:level6 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6″; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:144.0pt; text-indent:-54.0pt;} @list l1:level7 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7″; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:180.0pt; text-indent:-72.0pt;} @list l1:level8 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8″; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:198.0pt; text-indent:-72.0pt;} @list l1:level9 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9″; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:234.0pt; text-indent:-90.0pt;} @list l2 {mso-list-id:1236432572; mso-list-template-ids:-1456165052;} @list l2:level1 {mso-level-start-at:3; mso-level-text:%1; mso-level-tab-stop:21.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:21.0pt; text-indent:-21.0pt;} @list l2:level2 {mso-level-start-at:2; mso-level-text:”%1\.%2″; mso-level-tab-stop:21.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:21.0pt; text-indent:-21.0pt;} @list l2:level3 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3″; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-36.0pt;} @list l2:level4 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4″; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:36.0pt; text-indent:-36.0pt;} @list l2:level5 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5″; mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-54.0pt;} @list l2:level6 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6″; mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-54.0pt;} @list l2:level7 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7″; mso-level-tab-stop:72.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:72.0pt; text-indent:-72.0pt;} @list l2:level8 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8″; mso-level-tab-stop:72.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:72.0pt; text-indent:-72.0pt;} @list l2:level9 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9″; mso-level-tab-stop:90.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:90.0pt; text-indent:-90.0pt;} @list l3 {mso-list-id:1590115507; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:298060296 1380760482 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l3:level1 {mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt; mso-ansi-font-style:normal;} @list l4 {mso-list-id:2056659402; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1074180684 -1869580206 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l4:level1 {mso-level-start-at:2; mso-level-tab-stop:144.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:144.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l5 {mso-list-id:2143427774; mso-list-template-ids:-1026774694;} @list l5:level1 {mso-level-start-at:3; mso-level-text:%1; mso-level-tab-stop:24.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:24.0pt; text-indent:-24.0pt;} @list l5:level2 {mso-level-start-at:5; mso-level-text:”%1\.%2″; mso-level-tab-stop:87.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:87.0pt; text-indent:-24.0pt;} @list l5:level3 {mso-level-start-at:2; mso-level-text:”%1\.%2\.%3″; mso-level-tab-stop:162.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:162.0pt; text-indent:-36.0pt;} @list l5:level4 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4″; mso-level-tab-stop:225.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:225.0pt; text-indent:-36.0pt;} @list l5:level5 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5″; mso-level-tab-stop:306.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:306.0pt; text-indent:-54.0pt;} @list l5:level6 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6″; mso-level-tab-stop:369.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:369.0pt; text-indent:-54.0pt;} @list l5:level7 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7″; mso-level-tab-stop:450.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:450.0pt; text-indent:-72.0pt;} @list l5:level8 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8″; mso-level-tab-stop:513.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:513.0pt; text-indent:-72.0pt;} @list l5:level9 {mso-level-text:”%1\.%2\.%3\.%4\.%5\.%6\.%7\.%8\.%9″; mso-level-tab-stop:594.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:594.0pt; text-indent:-90.0pt;} @list l6 {mso-list-id:2145074384; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:851852054 -740541300 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l6:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:74.7pt; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1  Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan (memaparkan) peristiwa-peristiwa urgen yang terjadi pada masa kini secara sistematik dan lebih menekankan pada data factual daripada penyimpulan (Nursalam, 2003)

Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan mengenai pengetahuan remaja mengenai dysmenorrhoe.

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja (kerangka operasional) adalah langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sample, dan seterusnya, yaitu kegiatan yang dilaksanakan sejak awal penelitian  (Nursalam 2003)

Tingkat pengetahuan:

Baik, Cukup, Kurang

Alat pengumpulan data:

Kuesioner disebarkan kemudian di tabulasi

Populasi Mahasiswi AKPER Tingkat 1

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria sampling

Sampling : Purposive Sampling

Desain penelitian :Deskriptif

Gambar 3.2 : Kerangka Kerja tingkat pengetahuan remaja putri mahasiswa AKPER Pemkab Ngawi Tingkat I tentang cara mengatasi dysmenorrhoe.

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut  (Notoadmodjo, 2005)

3.3.1    Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang dipilih dengan menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili criteria populasi (Nursalam, 2001)

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah  mahasiswi AKPER Tingkat 1 dengan Kriteria;

1. Mahasiswi AKPER Tingkat 1

2. Berumur 19-22 tahun

3. Berada ditempat pada saat penelitian

4. Bersedia menjadi responden

Kemudian data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus n

(Nursalam, 2003)


Keterangan :

N : Jumlah populasi

n : Ukuran Sampel

d : Tingkat signifikan (0,0


3.3.3 Sampling

Sampling  adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada (Azis, 2007)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti

(Nursalam, 2003)

3.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1  Identifikasi Variabel

Variabel adalah karakterisik yang diamati yang memiliki variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatnya (Setiadi, 2007)

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan remaja putri mahasiswa AKPER Pemkab Ngawi Tingkat I tentang cara mengatasi dysmenorrhoe.

3.4.2  Definisi operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu penelitian lain yang ingin menggunakan variabel yang sama

Di dalam definisi operasional terdapat beberapa point penting yang perlu dicantumkan untuk memudahkan dalam membaca penelitian yang akan dilakukan, point penting tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel : 1.3 Definisi Operasional

Variabel

Definisi Operasional

Parameter

Skala

Skor

Pengetahuan remaja putri mahasiswa AKPER Pemkab Ngawi Tingkat I tentang cara mengatasi dysmenorrhoe

Pengetahuan, segala sesuatu yang diketahui dan dipahami responden tentang mengatasi dysmenorrhoe yang merupakan nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak bekerja dan harus tidur. Nyeri ini bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah

Kuesioner

Ordinal

1 : benar

0 : Salah

Teknik penilaian

76%-100% : baik

56%-75%: cukup

<55%     : kurang

3.5 Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.5.1   Pengumpulan data

1.  Proses pengumpulan data

Di dalam pengumpulan pada data penelitian ini digunakan alat berupa angket atau kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari responden.

Jenis kuesioner yang digunakan adalah tertutup, yaitu dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang digunakan secara tertulis dimana responden tinggal memilih jawaban yang tersedia (Arikunto, 2006)

Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara memohon ijin pada responden, responden mengisi lembar persetujuan untuk menjadi responden, memberi penjelasanpada responden tentang pengisian kuesioner, responden ditunggui saat pengisian kuesioner.

2. Instrumen penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah. Jenis instrumen yang digunakan adalah angket atau kuesioner tertutup dimana responden tinggal memilih jawaban yang disediakan (Arikunto, 2006)

3.5.2 Tempat dan waktu

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian adalah di kampus Akademi Keperawatan PEMKAB Ngawi

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010

3.5.3 Analisa Data

1. Editing

Dimaksudkan untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah terisi lengkap atau masih kurang.

2. Coding

Mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut macamnya dengan memberi kode pada masing-masing jawaban menurut item dalam lembar kuesioner

3. Scoring

Menentukan skor atau nilai terendah dan tertinggi

4. Tabulating

Kegiatan untuk meringkas data yang masuk ke dalam tabel-tabel yang telah dipersiapkan proses tabulasi meliputi, pertama persiapan tabel dengan kolom dan baris yang disusun dengan cermat sesuai kebutuhan. Kedua, menghitung frekuensi ntuk setiap kategori jawaban dan ketiga, menyusun distribusi frekuensi dengan tujuan agar data yang telah disusun rapi mudah dibaca dan dianalisa.

Menurut Arikunto (2002) untuk penyajian data variabel secara umum dan biodata atau karakteristik responden, analisa dengan frekuensi jawaban dibanding dengan jumlah responden yang kemudian dikalikan 100% dari hasil prosentase.

Dengan menggunakan rumus :


Keterangan :

: Frekuensi jawaban

N          : Jawaban responden

P          : Prosentase


Adapun hasil pengolahan data diinterpretasikan menggunakan skala :

76%-100%       : baik

56%-75%         : cukup

<55%                : kurang

3.6    Etika penelitian

Pada pelaksanaan penelitian ini, pemeliti mengajukan permohonan izin kepada calon responden untuk menjadi responden, setelah calon responden setuju maka kuesioner disebarkan kepada respon dengan memperhatikan kode etik penelitian

1. Informed concent ( lembar persetujuan menjadi responden)

Tujuannnya adalah agar calon responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika calon responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa. (Hidayat, 2002)

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama respondenpada lembar persetujuan tersebut, hanya diberi nomer kode pada kode tertentu (Nursalam, 2001)

3. Confidentially (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden akan dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2001)

3.6 Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini keterbatasan yang dihadapi adalah:

Instrumen mengumpulkan data menggunakan kuesioner yag dirancang peneliti sendiri dengan keterbatasan waktu, dana dan tenaga sehingga kemungkinan hasil ini kurang sempurna.

Leave a comment »

Imobilitas dan Intoleransi Aktivitas pada Lansia

BAB I  PENDAHULUAN

Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas optimal. Imobilitas, intoleransi aktivitas, dan sindromdissue sering terjadi pada lansia. Diagnosis keperawatan hambatan mobilitas fisik, potensial sindrom disuse, dan intoleransi aktivitas memberikan definisi imobilitas yang lebih luas.

Studi-studi tentang insidensi diagnosis keperawatan yang digunakan untuk lansia yang berada di Institusi perawatan mengungkapkan bahwa hambatan mobilitas fisik adalah diagnosis pertama atau kedua yang paling sering muncul. Prevalensi dari masalah ini meluas di luar institusi sampai melibatkan seluruh lansia

Awitan imobilitas atau intoleransi aktivitas untuk sebagian besar orang tidak terjadi secara tiba-tiba, bergerak dari mobilitas penuh sampai ketergantungan fisik total atau ketidak aktifan, tetapi lebih berkembang secara perlahan dan tanpa disadari. Intervensi diarahkan pada pencegahan kea rah konsekuensi-konsekuensi imobilitas dan ketidak aktifan dapat menurunkan kecepatan penurunannya.

BAB II PEMBAHASAN

Imobilitas dan Intoleransi Aktivitas pada Lansia

GANGGUAN MOBILITAS FISIK

Definisi

Sutau keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang

Batasan karakteristik

  • Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan, termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi
  • Keengganan untuk melakukan pergerakan
  • Keterbatasan rentang gerak
  • Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot
  • Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol mekanis dan medis
  • Gangguan koordinasi

Faktor-faktor yang berhubungan

  • Intoleransi aktivitas
  • Penurunan kekuatan dan ketahanan
  • Nyeri dan rasa tidak nyaman
  • Gangguan persepsi atau kognitif
  • Gangguan neuromuskuler
  • Depresi
  • Ansietas berat

INTOLERANSI AKTIVITAS

Definisi

Suatu keadaan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan aau menyelesaikan aktivitas sehri-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.

Batasan karakteristik

  • Secara verbal melaporkan keletihan atau kelemahan
  • denyut jantung atau tekanan darah yang tidak normal terhadap aktivitas
  • Rasa tidak nyaman dispneu setelah beraktivitas
  • Perubahan elektrokardiogravis yang menunjukkan adanya disritmia atau iskemia

Faktor-faktor yang berhubungan

  • Tirah baring dan imobilitas
  • Kelemahan secara umum
  • Gaya hidup yang kurang gerak
  • Ketidakseimbanag antara suplai oksigen dan kebutuhan

Faktor-faktor Internal

Berbagai factor internal dalam imobilisasi tubuh atau bagian tubuh antara lain;

  • Penurunan fungsimuskuloskeletal
  • Perubahan fungsi neurologist
  • Nyeri
  • Defisit perceptual
  • Berkurangnya kemampuan kognitif
  • Jatuh
  • Perubahan hubungan social
  • Aspek psikologis

Faktor-faktor eksternal

Factor tersebut termasuk;

  • Program terapeutik
  • Karakteristik penghuni institusi
  • Karakteristik staf
  • Sistem pemberian asuhan keperawatan
  • Hambatan-hambatan
  • Kebijakan-kebijakan institusi

Dampak masalah pada lansia

Lansia sangt renan erhadap konsekuensi fisiologis dn psikologis dari imobilitas. Perub ahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami komplikasi-komplikasi ini. Secara fisiologis, tubuh bereaksi terjhadap imobilitas dengan perubahan-perubahan yang hamper sama dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek ini.

Suatu pemahman tentang dampak imobilitas dapat diperoleh dari interaksi kompetensi fisik, ancaman terhadap imobilitas, dan interpretasi pada kejadian.

MANIFESTSI KLINIS

Dampak fisiologis dari imobilitas dan ketidak efektifan

Efek

Hasil

  • Penurunan konsumsi oksigen maksimum
  • Penurunan fungsi ventrikel kiri
  • Penurunan volume sekuncup
  • Perlambatan fungsi usus
  • Pengurangan miksi
  • Gangguan tidur
  • Intoleransi ortostatik
  • Peningkatan denyut jantung, sinkop
  • Penurunan kapasitas kebugaran
  • Konstipasi
  • Penurunan evakuasi kandung kemih
  • Bermimpi pada siang hari, halusinasi

PENATALAKSANAAN

  1. Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat tmbul akibat imoblitas atau ketidak aktifan.

  • Hambatan terhadap latihan

Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi social yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk) depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung.

  • Pengembangan program latihan

Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan mengalami peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan efek latihan.

Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian tentang factor-faktor pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan pengalaman;

–          Aktivitas sat ini dan respon fisiologis denyut nadsi sebelum, selama dan setelah aktivitas diberikan)

–          Kecenderungan alami (predisposisi atau penngkatan kearah latihan khusus)

–          Kesulitan yang dirasakan

–          Tujuan dan pentingnya lathan yang dirasakan

–          Efisiensi latihan untuk dirisendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan berhasil)

  • Keamanan

Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.

  1. Pencegahan Sekunder

Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dkurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal dri suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawaqtan dihubungkan dengan poencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik

PENGKAJIAN

  • Kemunduran musculoskeletal

Indikator primer dari keparahan imobilitas pada system musculoskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot; rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal. Pengkajian fungsi secara periodik dapat digunakan untuk memantau perubahan dan keefektifan intervensi.

  • Kemunduran kardiovaskuler

Tanda dan gejala kardivaskuler tidak memberikan bukti langsung atau meyaknkan tentang perkembangan komplikasi imobilitas. Hanya sedikit petunjuk diagnostic yang dapat diandalkan pada pembentukan trombosis. Tanda-tanda tromboflebitis meliputi eritema, edema, nyeri tekan dan tanda homans positif. Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan suatu gerakan untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan, berkeringat, kesulitandalam mengikuti perintah dan sinkop

  • Kemunduran Respirasi

Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala atelektasis dan pneumonia. Tanda-tanda awal meliputi peningkatan temperature dan denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam pergerakan dada, perkusi, bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan adanaya perluasan dan beratnya kondisi yang terjadi.

  • Perubahan-perubahan integument

Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah reaksi inflamasi. Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit sebagai daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan sangat buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah tekanan dihilangkan

  • Perubahan-perubahan fungsi urinaria

Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tanda-tanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba. Gejala-gejala kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih dan tekanan atau nyeri pada abdomen bagian bawah

  • Perubahan-perubahan Gastrointestinal

Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang tidak sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental, iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala.

  • Faktor-faktor lingkungan

Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi. Di dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan yang tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien. Hambatan-hambatan institusional terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang terhalang, tempat tidudan posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai. Identifikasi dan penghilangan hambatan-hambatan yang potensial dapat meningkatakan mobilitas

PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK

Pengobatan terapeutik ditujukan kearah perawatan penyakit atau kesakitan yang dihasilkan atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitis dan penanganan konsekuensi aktual atau potensial dari imobilitas.  Contoh-contoh pendekatan terhadap penanganan imobilitas meliputi terapi fisik untuk mempertahankan mobilitas dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten atau stoking kompresi gradien untuk meningkatkan aliran darah vena dan mencegah tromboembolisme, spirometri insesif untuk hiperinflasi alveoli, dan tirah baring, kecuali untuk eliminasi

INTERVENSI

Limatujuan mengarahkan intervensi keperawatan untuk mencegah atau meniadakan sekuelafisiologis dari imobilitas. Tujuan pertama meliputi pemeliharaan kekuatan dan ketahanan sistem muskuloskeletal, yang termasuk pengondisian program latihan harian baik kontraksi otot isometrik dan isotonik, aktivitas penguatan aerobik, nutrisi untuk meningkatkan anabolisme protein dan pembentukan tulang, dan sikap komitmen terhadap latihan. Kedua, pemeliharaan fleksibilitas sendi yan terlibat dalam latihan rentang gerak, posisi yang tepat, dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Ketiga, pemeliharaan ventilasi yang normal meliputi hiperinflasi dan mobilisasi serta menghilangkan sekresi. Keempat, pemeliharaan sirkulasi yang adekuat meliputi tindakan-tindakan pendukung untuk mempertahankan tonus vaskuler (termasuk mengubah posisi dalam hubungannya dengan gravitasi), stoking kompresi untuk memberikan tekanan eksternal pada tungkai, dan asupan cairan yang adekuat untuk mencegah efek dehidrasi pada volume darah. Pergerakan aktif memengaruhi toleransi ortostatik. Terakhir, pemeliharaan fungsi urinaria dan usus yang normal bergantung pada dukungan nutrisi dan struktur lingkungan serta rutinitas-rutinitas untuk memfasilitasi eliminasi. Pembahasan tentang intervensi disajikan di sini.

KONTRAKSI OTOT ISOMETRIK

Kontraksi otot isometrik meningkatkan tegangan otot tanpa mengubah panjang otot yang menggerakkan sendi. Kontraksi-kontraksi ini digunakan untuk mempertahankan kekuatan otot dan mobilitas dalam keadaan berdiri (misalnya otot-otot kuadrisep, abdominal dan gluteal) dan untuk memberikan tekanan pada tulang bagi orang-orang dengan dan tanpa penyakit kardiovaskuler. Kontraksi isometrik dilakukan dengan cara bergantian mengencangkan dan merelaksasikan kelompok otot.

KONTRAKSI OTOT ISOTONIK

Kontraksi otot yang berlawanan atau isotnik berguna untk mempertahankan kekuatan otot-otot dan tulang. Kontraksi ini mengubah panjang otot tanpa mengubah tegangan. Karena otot-otot memendek dan memanjang, kerja dapat dicapai. Kontraksi isotonik dapat dicapai pada saat berada di tempat tidur, dengan tungkai menggantung di sisi tempat tidur, atau pada saat duduk di kursi dengan cara mendorong atau menarik suatu objek yang tidak dapat bergerak. Ketika tangan atau kaki dilatih baik otot-otot fleksor dan ekstensor harus dilibatkan.

LATIHAN KEKUATAN

Aktivitas penguatan adalah latihan pertahanan yang progresif. Kekuatan otot harus menghasilkan peningkatan setelah beberapa waktu. Latihan angkat berat dengan meningkatkan pengulangan dan berat adalah aktivitas pengondisian kekuatan. Latihan ini meningkatkan kekuatan dan massa otot serta mencegah kehilangan densitas tulang dan kandungan mineral total dalam tubuh.

LATIHAN AEROBIK

Latihan aerobik adalah aktivitas yang menghasilkan peningkatan denyut jantung 60 sampai 90% dari denyut jantung maksimal dihitung dengan (220-usia seseorang) x 0,7

Aktivitas aerobik yang dipilih harus menggunakan kelompok otot besar dan harus kontinu, berirama, dan dapat dinikmati. Contohnya termasuk berjalan, berenang, bersepeda, dan berdansa.

SIKAP

Variabel utama yang dapat mengganggu keberhasilan intervensi pada individu yang mengalami imobilisasi adalah sikap perawat dan klien tentang pentingnya latihan dan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari. Sikap perawat tidak hanya memengaruhi komitmen untuk memasukkan latihan sebagai komponen rutin sehari-hariyang berkelanjutan, tetapi juga integrasi aktif dari latihan sebagai intervensi bagi lansia di berbagai lingkungan; komunitas, rumah sakit, dan fasilitas jangka panjang. Demikian pula halnya sikap klien dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas latihan.

LATIHAN RENTANG GERAK

Latihan rentang gerak aktif dan pasif memberikan keuntungan-keuntungan yang berbeda. Latihan aktif membantu mempertahankan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan penampilan kognitif. Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu menggerakkan sendi seseorang melalui rentang geraknya oleh orang lain, hanya membantu mempertahankan fleksibilitas.

MENGATUR POSISI

Mengatur posisi juga digunakan untuk meningkatkan tekanan darah balk vena. Jika seseorang diposisikan dengan tungkai tergantung, pengumpulan dan penurunan tekanan darah balik vena akan terjadi. Posisi duduk di kursi secara normal dengan tungkai tergantung secara potensial berbahaya untuk seseorang yang beresiko mengalami pengembangan trombosis vena. Mengatur posisi tungkai dengan ketergantungan minimal (misalnya meninggikan tungkai diatas dudukan kaki) mencegah pengumpulan darah pada ekstremitas bawah.

RENCANA PERAWATAN

Rencana asuhan keperawatan untuk imobilitas betujuan mempertahankan kemampuan dan fungsi, serta mencegah gangguan.

Diagnosa keperawatan; Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas, resiko tinggi sindrom dissue

Hasil yang diharapkan

Intervensi keperawatan

Klien mampertahankan kekuatan dan ketahanan sistem muskuloskeletal dan fleksibilitas sendi-sendi
  • Observasi tanda dan gejala penurunan mobilitas sendi, dan kehilangan ketahanan
  • Observasi status respirasi dan fungsi jantung pasien
  • Observasi lingkungan terhadap bahaya-bahaya keamanan yang potensialUbah lingkungan untuk menurunkan bahaya-bahaya keamanan
  • Ajarkan tentang tujuan dan pentingnya latihan
  • Ajarkan penggunaan alat-alat bantu yang tepat

DOKUMENTASI YANG ESENSIAL

Dokumentasi untuk setiap sistem meliputi hal-hal berikut;

  • Untuk muskuloskeletal ; kekuatan otot, ukuran, tonus, dan ketahanan; mobilitas sendi, termasuk rentang gerak sendi dan pengkajian fungsional mengenai kemampuan; penggunaan dan penyalahgunaan alat bantu; masalah-masalah mobilitas; dan adanya nyeri
  • Untuk Kardiovaskular; perubahan ortostatik dalam tekanan darah dan denyut nadi
  • Untuk respirasi; pengkajian paru
  • Untuk Integumen; karakteristik kulit diatas tonjolan tulang
  • Untuk urinaria; frekuensi dan jumlah berkemih
  • Untuk gastrointestinal; karakter dan pola feses dan alat bantu yang biasa digunakan untuk memfasilitasi eliminasi.
  1. Pencegahan tersier

Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman

BAB III PENUTUP

Gangguan mobilitas fisik merupakan suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang

Intoleransi aktifitas merupakan suatu keadaan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan aau menyelesaikan aktivitas sehri-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.

Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman

DAFTAR PUSTAKA

Stanley, Mickey. Beare, Patricia. Buku Ajar Keperawaan Gerontik ed. 2

Jakarta EGC ; 2006

5 Comments »

KEPUTIHAN =FLUOR ALBUS

Keputihan dalam istilah kesehatan disebut fluor albus atau leukorrhea adalah keluarnya cairan kental dari liang senggama.Cairan kental tersebut dapat bervariasi dalam wujudnya (lembek atau mengarah cair), warna dan bau. Keputihan biasanya banyak dialami wanita usia produktif / subur. Tapi, tak menutup kemungkinan bisa terjadi pada anak-anak dan usia tua.

Apakah setiap cairan yang keluar dari liang senggama dikatakan penyakit? Terus kapan dikatakan keputihan normal ? Memang saat-saat tertentu vagina akan mengeluarkan cairan yang mutlak diperlukan guna membasahi dinding vagina agar selalu bersih. Cairan ini berasal dari saluran kelamin maupun dari dinding selaput lendir rahim. Fungsinya adalah sebagai pelumas saat berhubungan dan menjaga keasaman vagina sehingga bisa mencegah terjadinya infeksi.

Gejala fluor albus atau keputihan yang normal seperti diatas biasanya cairan jernih, tidak berwarna, tidak gatal dan jumlah cairan bisa sedikit atau sedang. Keluar cairan tersebut saat masa-masa sebelum haid, sesudah haid, pada pertengahan siklus atau pada saat ovulasi, serta saat mendapat rangsangan seks.

Cairan dikatakan abnormal atau keputihan patologis jika terjadi di luar masa-masa tersebut disertai perubahan warna, bau, dan keluar dengan jumlah yang agak berlebihan. dan biasanya ada rasa gatal atau panas, dan sakit saat buang air kecil atau saat berhubungan.

Kenapa bisa timbul, apa penyebab Keputihan?

Penyebab utama fluor albus abnormal adalah infeksi daerah genital. Bisa infeksidi daerah vulva, vagina, mulut rahim, selaput lendir rahim, dan saluran telur. Infeksi ini bisa berwujud jamur, kuman, dan hewan bersel satu.Penyebab lainnya adalah kondisi tubuh yang menurun, perubahan hormon tubuh, dan masuknya benda asing.

Bagaimana pengobatan keputihan?

Tentunya sebelum pengobatan adalah diteggakkan dulu penyakit tersebut dan penyebabnya.Apakah jamur, bakteri, atau sebab yang lainnya. Dan segera konsultasikan ke dokter kandungan Anda. Jangan menundanya sampai parah,karena mengingat dampaknya, infeksi bisa naik ke saluran atas yang lebih berbahaya efeknya.

Patut juga diperhatikan kondisi umum tubuh, apakah ada faktor-faktor yang menyebabkan mudahnya terjadi infeksi. seperti adanya penyakit kencing manis atau diabetes yang tidak terkontrol kadar gulanya.

pencegahan lebih baik dari pengobatan.Beberapa kiat yang bisa kita lakukan antara lain :

  1. dalam penggunaan pakaian dalam harus diperhatikan, yaitu yang bersih, tidak ketat, dan mudah menyerap keringat.
  2. Seringlah berganti pembalut saat haid
  3. Hindari menggunakan pembersih vagina. Jika tak sedang menderita keputihan, bersihkan vagina dan sekitarnya cukup dengan air bersih saja, tidak usah yang mengandung sabun/ antiseptik .(Dikhawatirkan merusak kuman yang baik).
  4. Berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan memeriksa kuman apa yang menginfeksinya dan meresepkan antibiotika atau anti jamur yang sesuai. Jangan malu jika tak mau terjadi bencana.
  5. Yang utama dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan pribadi (personal hygiene), terutama organ reproduksi.

sumber :konsultasikesehatan.net

2 Comments »

jason mraz – i’m yours

jason mraz – i’m yours

Well you done done me and you bet I felt it
I tried to be chill but you’re so hot that I melted
I fell right through the cracks
and now I’m trying to get back
Before the cool done run out
I’ll be giving it my bestest
Nothing’s going to stop me but divine intervention
I reckon its again my turn to win some or learn some

I won’t hesitate no more, no more
It cannot wait, I’m yours

Well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you’re free
Look into your heart and you’ll find love love love
Listen to the music of the moment maybe sing with me
Ah, la peaceful melodys
It’s your God-forsaken right to be loved love loved love love

So I won’t hesitate no more, no more
It cannot wait I’m sure
There’s no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I’m yours

I’ve been spending way too long checking my tongue in the mirror
And bending over backwards just to try to see it clearer
But my breath fogged up the glass
And so I drew a new face and laughed
I guess what I’m saying is there ain’t no better reason
To rid yourself of vanity and just go with the seasons
It’s what we aim to do
Our name is our virtue

I won’t hesitate no more, no more
It cannot wait I’m sure
There’s no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I’m yours

Well no no, well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you’re free
Look into your heart and you’ll find love love love love
Listen to the music of the moment come and dance with me
ah, la one big family (2nd time: ah, la happy family)
It’s your God-forsaken right to be loved love love love

I won’t hesitate no more
Oh no more no more no more
It’s your God-forsaken right to be loved, I’m sure
Theres no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I’m yours

No I won’t hesitate no more, no more
This cannot wait I’m sure
There’s no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I’m yours, I’m yours

AKPC_IDS += “1791,”;

Lirik lagu jason mraz – i’m yours ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 jason mraz – i’m yours.

Leave a comment »

semangatttt…

semangat-semangat……..!!!

1 Comment »

♥ Tips Sandal Jepit ♥

berikut ini adalah tips agar sandal jepit anda tidak hilang saat anda menanggalkannya di tempat2 yang banyak di kunjungisandal

tips ini saya berikan GRATISSSSSSS hanya Untuk anda :

  1. ingat-ingat betul warna, bentuk, bau, dan rasa eh maksud saya ukuran sandal jepit anda..^__^
  2. tempatkan sandal jepit anda di tempat yang kira-kira ta dapat dilihat oleh orang lain atau mungkin anda membawa  peti khusus untuk sandal anda dan beri kunci dobel plus alaram — hehe–
  3. nah ini satu tips yang paling ampuh sampe saat ini dan banyak digunakan yaitu Beri nama sandal anda… namanya ditulis menggunakan alat yang tidak dapat dihapus, misalnya aja ukir nama anda di alas sandal jepit tersayang…

oke-oke selamat mencoba…

sumber ; tetangga-tetangga yang sering kehilangan sandal

6 Comments »